Hidup seakan makin keras saja dari hari ke hari. Merasakan bahwa masalah kerap datang dan pergi tanpa memandang betapa lelahnya seorang manusia biasa dalam menghadapi setiap permasalahan yang kian lama kian menguras segenap pikiran dan tenaga. Bagus jika persoalan hidup tersebut dapat diselesaikan secara tuntas, tapi bagaimana jika seseorang terlalu takut atau terlalu lelah menghadapi tantangannya. Tidak sedikit manusia menghindari masalah masalah, tanpa ia tau apa yang akan ia dapat selanjutnya. Padahal masalah itu timbul untuk diselesaikan. Masalah juga merupakan salah satu cara ampuh untuk mendidik kita menuju kebijaksanaan dalam proses pendewasaan diri.
Ketika hambatan datang menghadang, mau tidak mau paksakan saja diri kita untuk menghadapinya. Disini kita akan dapat mengukur sejauh mana kemampuan diri dalam menyelesaikan masalah. Walaupun hasil yang kita dapatkan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, setidaknya kita sudah mendapat pembelajaran dan pengalaman, yang dimana jika pada suatu waktu kita bertemu masalah yang sama setidaknya kita sudah dapat lebih bijak dalam menentukan pilhan terbaik yang dapat kita ambil.
Inilah hidup, wajar wajar saja jika pengharapan tidak sesuai dengan kenyataan. Dengan berbagai jalan dan cara hidup akan menguji kita, dan membentuk kepribadian unggul bagi setiap insan manusia yang dapat menghadapi ujiannya. Ketika kita terbiasa mengecap rasa pahit sejak dini, ketika kita terbiasa merasakan sakit, pada suatu waktu ketika kita merasakan rasa manis dan enaknya. Disitu kita akan menyadari bahwa kesenangan yang kita dapatkan adalah sangat nikmat , membuat kita merasa sangat bahagia dan bersyukur. Lain halnya jika manusia sudah begitu termanjakan oleh senangnya dunia, segala kemudahan didapatkan dalam hidupnya. Hal ini akan membentuk jiwa jiwa yang lembek. Akan tiba saat dimana ketika permasalahan menerpa, individu tersebut akan jatuh dan begitu terpukul akannya. Ia akan sulit terbangun lagi, pondasi pondasi pertahanannya tidak kuat. Dan akan menjadi hal yang sulit untuk membangun kepercayaan diri dalam jiwa orang tersebut jika motivasi didalam dirinya saja sudah buyar.dan tidak terfokus.
Kemandirian tidak datang dengan sendirinya, jiwa seorang petarung tidak berdasarkan warisan keturunan. Tapi adalah sesuatu yang dipelajari. Dipejari dari sejak kita masih kecil, mulai dari lingkup paling kecil yaitu keluarga, kemudian lingkungan bermain, sekolah dan masyarakat. Lembaga lembaga formal seperti sekolah hanya memberikan dasar dasar teori saja, tetapi pada penerapannya kita sendiri-lah yang harus mempraktekkannya. Ambil setiap kesempatan, karena tidak semua kesempatan akan datang dua kali. Disiplin diri adalah kunci kesuksesan dan keteguhan adalah penggerak kemauan untuk terus berkembang. Dukungan dan feedback yang baik dari orang orang sekitar akan sangat besar perannya dalam faktor psikologis yang positif. Penghargaan dan timbal balik akan memperteguh semangat juang. Dengan begitu kedewasaan akan mengiringi dengan sendirinya.
Jika seseorang sudah dapat menguasai dan memahami dirinya sendiri,berarti ia siap untuk dapat mengendalikan permasalahan permasalahan dari luar. Jiwa kepemimpinannya akan dengan sendirinya terpancarkan. Menciptakan manusia yang berwibawa dan siap menghadapi masa depan.
Santo Jia
0 komentar:
Posting Komentar