Perbedaan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan manusia. Perbedaan tidak hanya berupa bentuk fisik, tetapi juga dapat berupa bentuk yang abstrak seperti pola pikir, cara pandang dan juga keyakinan. Manusia sebagai makhluk yang dapat berpikir dan menciptakan berbagai sudut pandang mengenai banyak hal, otomatis akan menjadi semakin kompleks kehidupannya. Perbedaan dan keanekaragaman adalah sesuatu hal yang wajar.
Bhinneka Tunggal Ika , semboyan yang sejak dini telah diajarkan dan dilafalkan manusia Indonesia dari generasi ke generasi, ternyata tidah cukup ampuh untuk dapat mengatasi masalah perbedaan dan mengurangi berbagai bentuk konfliknya di Indonesia. Konflik perbedaan yang baru baru ini menguak dalam masryarakat, menjadi satu bentuk peringatan kepada kita semua bahwa masih ada sekelompok orang ataupun golongan yang masih belum berjiwa besar untuk dapat menerima suatu bentuk atau hal yang berbeda dari diri mereka.
Manusia sebagai makhluk individual yang otentik dan makhluk sosial yang tidah akan pernah lepas dari kontak dengan masyarakat, sepatutnya harus dapat menghormati dan menerima kenyataan bahwa tidak ada sesuatu apapun di dunia ini yang sama persis dan tidak ada suatu upaya apapun yang patut untuk dapat memaksakan kehendak egois seseorang ataupun kelompok tertentu untuk dapat mengubahnya. Perbedaan adalah manusiawi, dan sewajarnya bagi manusia untuk menerima berbagai bentuk hal yang manusiawi.
“Berbeda, dan dapat berjalan bersama”, makna dari Bhinneka Tunggal Ika tersebut bukan saja utuk diucapkan ketika ada seseorang yang menanyakan semboyan Negara Indonesia, tatapi juga untuk dapat kita terapkan dan wujudkan. Ketika masyarakat dapat dengan mudahnya tersulut amarah oleh hasutan orang orang yang tidak bertanggung jawab, seketika itu pula kedamaian dalam perbedaan akan menjadi rusak. Eksklusivitas hanya akan membuat celah dalam masyarakat dan celah tersebut akan menjadi jalan mudah yang akan di salah gunakan oleh orang orang yang memiliki kepentingan tertentu.
Manusia sebagai makhluk sosial, akan berinteraksi di masyarakat yang plural. Ketika sifat lapang dada dan toleransi dibudayakan, perbedaan akan menjadi hal yang amat wajar dan bukan merupakan alasan bagi kita untuk menjaga jarak. Tenggang rasa dan saling menghormati akan menjadi pondasi yang kuat badi kerukunan antar umat. Fanatisme itu boleh boleh saja, tetapi bukan menjadi suatu alasan untuk berbuat anarkis. Sifat untuk mau mengalah pun dapat menjadi solusi untuk terhindar dari masalah, mengalah bukan tanda menyerah tetapi merupakan bukti bahwa kita telah berjiwa besar.
Perbedaan bukan suatu penghalang, tetapi sebagai warna di masyarakat. Warna yang memperindah suatu lukisan. Warna yang membuat perjalanan hidup menjadi semakin menarik.
0 komentar:
Posting Komentar